Tuesday, May 14, 2013

Diaspora Indonesia



Beberapa bulan yang lalu, tepatnya hampir setahun yang lalu, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Duta Besar Dino Patti Djalal melalui akun twitternya gencar menyuarakan suatu event yang bernama Indonesia Diaspora. Puncaknya adalah saat berhasilnya terlaksana  suatu kongres yang dilaksanakan di Los Angeles pada tanggal 6 Juli 2012 dengan nama Congress of Indonesian Diaspora (CID). Melalui salah satu sesi dalam kongres CID tersebut, lahirlah kemudian suatu Indonesian Diaspora Network (IDN). 

Diaspora, jika meminjam hasil tulisan dari situs Wikipedia, adalah berasal dari bahasa yunani διασπορά atau dispersion. Dispersion ini jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti penyebaran. Gerakan Diaspora ini sendiri dinyatakan oleh Duta Besar Djalal dalam wawancaranya dengan Indosiar menyerupai, meskipun tidak sama, dengan gerakan diaspora yang dilakukan oleh kaum yahudi dari Israel. Yang membedakannya adalah gerakan penyebaran yang dilakukan oleh kaum yahudi adalah terjadi karena mereka pada awalnya memang memilih untuk menyebarkan diri dari tanahnya akibat dikuasai tanah mereka oleh kekaisaran Babylonia pimpinan Nebukadnezar. Pimpinan Babylonia ini sendiri sebenarnya mengizinkan warga yahudi untuk tetap berada di wilayah mereka dan berada di bawah otoritas Babylonia, namun beberapa warga justru memilih untuk pergi dan mengungsi ke Mesir. Meskipun di tahun 538 sebelum masehi kekaisaran Siprus dan Persia mengizinkan mereka untuk kembali ke tanah air mereka, namun banyak dari mereka yang sudah berintegrasi dengan komunitas yang baru dan bertahan di sana. Begitulah awalnya diaspora dengan keterbatasan sumber penulis dan dengan tidak ingin lebih lanjut terlibat dalam pembahasan pro-kontra sejarah Israel.

Gerakan diaspora ini, konon menurut kabar, sangat berpengaruh dengan kemajuan Negara Israel saat ini. Sejak awal diaspora tersebut, kaum yahudi menyebar dari benua eropa hingga ke benua Amerika. Meskipun terjadi penyebaran kaum yahudi tersebut, namun mereka tidak melupakan tanah air mereka. Inilah yang kemudian menjadi suatu fondasi kuat bagi Israel karena didukung oleh aliran dana dari berbagai Negara.

Dengan diaspora ini, dengan semangat yang sama namun berbeda, Indonesia bisa dibilang ingin mencoba mendapatkan kesuksesan yang sama seperti yang diraih Israel. Bagaimana tidak, Indonesia pun negaranya memiliki corak masyarakat yang hampir sama, sama-sama gemar merantau. Bahkan saat ini kita bisa jumpai masyarakat Indonesia baik secara individu maupun komunitas di berbagai belahan mancanegara. Dan mereka semua bukan hanya turis. Mereka ada juga yang memegang berbagai posisi penting di luar negeri. Sebagai contoh adalah adanya 5 orang Indonesia yang berposisi tinggi dan mengambil keputusan penting di menara twin tower, Kuala Lumpur, Malaysia, menurut penuturan Konsulat Jenderal Indonesia di Kuching pada saat penulis bekerja di sana. Belum lagi para ilmuan kita dan juga pengusaha kita yang menyebar di berbagai Negara. Ada yang bahkan menjadi dekan ataupun rektor, bahkan mungkin pengusaha terkemuka hingga mampu untuk memberi sponsor terhadap klub sepakbola luar negeri.

Adapun hasil kongres yang patut diapresiasi di Los Angeles pada Juli tahun lalu antara lain adalah Indonesian Diaspora Network (IDN) bukanlah suatu payung ataupun akar berdirinya organisasi diaspora, melainkan suatu jaringan independen yang akan membantu memberdayakan dan menyuarakan anggota komunitasnya. Selain itu IDN ini akan mempunyai jaringan secara lokal maupun nasional dimana IDN ini akan menjadi suatu perwakilan yang akan menyebarkan semangat Diaspora Indonesia kedepannya. Dan juga yang paling terpenting adalah IDN akan membantu mengadvokasi dan memainkan peran penting dalam pembangunan Indonesia. Untuk mendukung berbagai macam acara charity ataupun philanthropy untuk kegiatan diaspora ini, maka IDN mendirikan suatu foundation atau yayasan sebagai sumber dana yang mana untuk sementara ini yayasan tersebut telah didaftarkan sebagai non-profit organization di Washington DC hingga kongres berikutnya.

Diaspora Indonesia ini sendiri ditanggapi serius oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah pun menyatakan bahwa mereka siap untuk mendukung program-program yang dihasilkan oleh Diaspora Indonesia. Sebagai bentuk keseriusan Kemlu, lembaga pemerintah yang bergerak dibidang hubungan luar negeri inipun telah membentuk Desk Diaspora Indonesia yang diketuai oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya Kemlu, Duta Besar M. Wahid Supriyadi. Dikatakan beliau bahwa desk ini bertujuan untuk menjembatani kepentingan diaspora dengan pemerintah dan pemangku kepentingan di tanah air. Hal yang hampir serupa disampaikan oleh anggota DPR dari Komisi I, Muhammad Najib di sela-sela lokakarya nasional diaspora Indonesia di Kemlu, yang melihat diaspora Indonesia sebagai asset nasional. 

Kongres selanjutnya rencananya akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 di Jakarta, sekitar tanggal 18-20. Namun dari pantauan penulis terhadap forum bentukan situs resmi Diaspora Indonesia, dari berbagai topik yang telah dibuka, belum ada satupun yang berani memulai diskusi terbuka di forum tersebut. Dengan demikian penulis berasumsi bahwa mungkinkah gaung diaspora yang di gencarkan sejak setahun yang lalu kembali hanyalah wacana para elit di salah satu Kementerian namun karena terlalu kompleksnya ide atau konsep sehingga tidak tersampaikan kembali ke masyarakat kita baik di Indonesia maupun di Luar Negeri? Terlalu prematur, namun patut mulai dipertanyakan. Atau justru anggota komunitas diaspora ini merupakan orang-orang sibuk yang bergerak tidak di wacana lagi dan sudah lelah perdebatan di forum internet. Kita tidak pernah tahu. 

Forum ataupun kongres semacam ini sangat penting sebagai jembatan kita untuk melakukan total diplomacy dimana semua stakeholder, tidak hanya Kementerian Luar Negeri bersama-sama membela ataupun membuat kemajuan bagi pembangunan fisik maupun non-fisik di Indonesia. Sehingga mungkin kesulitan diplomasi yang terkesan sangat birokratis terhadap saudara-saudara kita yang membuka kantor perwakilan gerakan separatis di Oxford dapat teratasi dengan komunikasi yang baik dan bijaksana sebagai perpanjangan diaspora ini.

Sumber:

No comments:

Post a Comment